Kamis, 21 Agustus 2008

cerita muskhil ghuswa

Muhksil ghusha di malam jum’at

Suatu pagi, anak gadis seorang anak penebang pohon bertanya: “ayah, memang selama ini kita tidak pernah ke kurang makan, tapi ada baiknya juga kalau kita sekali-kali menghidangkan sesuatu yang istimewa. Aku ingin sekalli memakan kue kurma.”

“tidak ada salahnya, anakku,” kata si penebang kayu. “saya akan mencari kayu yang lebih banyak hari ini.”

Demikianlah, dia lalu berjalan lebih jauh ke dalam hutan agar bisa menemukan lebih bayak kayu. Ternyata ia berjalan lebih jauh dari rencananya. Ketika dia kembali, hari sudah malam. Tak bias lagi dia pergi ke pasar untuk menjual kayunya. Lagi pula ketika sampai ke rumahnya, anak gadis telah tidur, dan pintu rumah di kunci. Berkali-kali dia mengetuk pintu, tetapi tidak ada jawaban. Jadi dia tidur diluar. Keesokan harinya ia bangun ketika hari masih gelap. Dia berkata:”mumpung masih pagi, sebaiknya aku pergi saja lagi mencari kayu. Kayu ku bias berlipat dari ini, dan aku bisa membilikan lebih banyak kue kurma untuk anak ku.”

Lalu dia masuk lagi kedalam hutan untuk mencari kayu yang lebih banyak. Tetapi seperti kemari, dia pergi terlalu jauh lagi, dan lagi-lagi kemalaman. Jadi dia harus tidur lagi didepan pintu.

Dia terbangun lagi sebelum fajar menyingsing.”sebaiknya aku memanfaatkan hari ini lagi,” katanya pada diri sendiri.”aku akan mencari kayu lebih banyak . aku jadi bisa membelikan berapapun kue kurma yang di ingin kan anak ku.”

Seperti kemari-kemarinnya, dia lagi –lagi kemalaman dan pintu sidah terkunci keti dia kembali. Kali ini dia sudah tidak tahan, dia terjatuh di muka pintu dan menangis tersedu-sedu.

“ada apa pak tua?”

dia mengang kepalanya dan melihat seorang pertapa mekai jubah serba hijau.

“ah! Tiga hari aku pergi mencari kayu, dan tiga hari itu aku selalu kemalaman sehingga tidak bisa masuk kerumah ku. Selama itu aku sama sekali tidak makan dan minum. Aku tidak tahan lagi sekarang.”

Pertapa itu memandangnya dengan tajam.

“hari apa sekarang, pak tua?”

penebang kayu itu berkata: ”bukankah hari ini malam jum’at?”

“betul sekali. Ini malam menjelang hari suci kita. Dan itulah saat datangnnya mushkil gusha.”

“Mushkil ghuswa?” Tanya penebang kayu itu.

“Benar pak tua, muskhil ghuswa, sang penghilang kesulitan.”

Pertapa itu lalul mengeluarkan roti dan kismisnya dari kantungnya, dan diberikan kepada penebang kayu itu.

“terimakasih, bapak,” katanya dan dia pun makan dengan lahap.

“mungkin kamu tidak tahu.” Kata pertapa itu lagi, “tapi mkhsil gusha talah menolong dirimu. Kalau kau mau nasib baik selalu bersamamu, ini lah nasihatku: tiap malam jum’at, temuilah papa, seorang yang membutuhkan pertolongan. Tolonglah orang itu, berikan apa yang kau bisa berikan, dan ceritakanlah tentang mukhsil gusha. Dengan begitu, dengan begitu kalian berdua akan mendapat pertolongan.”

“terimakasih, bapak,” katanya lagi. Tetapi ketika dia menengok pertapa itu telah raib.

Dia masih terheran-heran, ketika itu tiba-tiba pintu terbuka.